HR Department is not Dying

Agustus 2010, Delapan tahun silam. Saya duduk di tengah Panel Interview, bukan sebagai Interviewer, tetapi sebagai yang di Interview :)


Salah satu dari 4 orang di hadapan Saya, adalah Pak Tjahjadi Lukiman, CEO Puninar Logistic saat itu. Dan salah satu pertanyaan beliau yang Saya ingat sampai sekarang adalah pertanyaan ini: "Milka, What is your End in Mind?"

Saya terdiam sebentar sebelum akhirnya menjawab "Menurut Saya HR Department is Dying Pak. Trendnya, Every Manager is an HR Manager, fungsi-fungsi pembinaan SDM sedang digeser dari Dept HR, ke atasan masing-masing. Lalu semua pekerjaan HR, bisa di outsource, Training bisa di outsource, Recruitment bisa di outsource, payroll bisa di outsource. Mungkin satu-satunya yang tidak bisa di outsource adalah OD (Organization Development), namun di sejumlah perusahaan, fungsi itu digerakkan oleh Tim MD/PMO atau tim gabungan lintas departmen. Oleh sebab itu, saya tidak punya mimpi jadi HR GM atau HR Director Pak, but I have my own believe, usia 35 saya akan punya Konsultan HR Saya sendiri."

...

Tahun berlalu.

Minggu lalu, saat saya mengisi sebuah training, dimana ada Pak Tjahjadi juga hadir di dalamnya, Saya meralat kata-kata yang sempat saya sampaikan ke Pak Tjahjadi 7 tahun lalu. HR Department is not Dying, faktanya : Bukan Every Manager is an HR Manageryang justru terjadi, tapi sebaliknya, HR Manager is an ‘Every Manager’ :D

Budaya kebanyakan Organisasi di Indonesia, belum siap untuk menerapkan Every Manager is an HR Manager, beberapa hal yang berusaha ‘digeser’ fungsinya ke manager, sebagai atasan, (seperti memberikan surat teguran, konseling, diskusi performance appraisal), dikembalikan lagi fungsinya ke HRD. Bahkan ada beberapa fungsi yang sebelumnya tidak ada di HRD, juga digeser ke HRD.

Oleh sebab itulah, Saya sangat menyarankan peserta training hari itu (Mostly HR Manager and HR GM), untuk bekerjasama dengan vendor (entah vendor payroll, vendor training, vendor recruitment dll) sehingga dapat membantu pekerjaan mereka.

Hal-hal yang rutin dan terprediksi sebaiknya di outsource keluar, sehingga tim HR dapat berkonsentrasi mengerjakan hal-hal yang non routine dan tak terprediksikan (believe me, it’s a lot!)

Menggunakan vendor, termasuk Head Hunter seperti saya, tidak lantas membuat HR kehilangan fungsinya (and dying), sebaliknya dengan bekerjasama dengan pihak luar, HR bisa lebih berkonsentrasi untuk hal-hal yang lebih strategis. HR bisa bertransformasi, bukan sekedar berfungsi sebagai support division tapi benar-benar menjadi Business Partner.

Sejumlah perusahaan sudah menerapkannya. Tidak heran, kalau sekarang Saya juga banyak bertemu dengan kandidat HR yang serba bisa, bukan hanya mumpuni dalam hal-hal yang terkait dengan lingkup kerja mereka, tapi mereka juga sangat nyambung saat berbicara tentang Business Process, perkembangan bisnis, bahkan the Best Marketing Strategy.

Salute!

...

"Jadi gimana Mil? Nyesel ninggalin Perusahaan?" Goda Nina, sahabat Saya yang masih aktif menjabat sebagai HR Manager di sebuah perusahaan mining.

Saya tertawa "Nggak kok, sekarang gw merasa lebih bahagia. I moved my cheese, gw meninggalkan organisasi, karena gw tahu path gw sekarang disini (sebagai konsultan). Kalau gw melakukannya, bukan berarti setiap orang HR juga harus melakukannya. Setiap orang punya jalan yang terbaik, yang sudah disediakan Tuhan baginya, bagian kita adalah menemukannya dan menjalaninya" ;)


Have a Great Day Great People!


Be Blessed!


Milka Santoso

Great to Great Consultant

www.greattogreat.com