JODOH YANG TEPAT

Pokok bahasan kala kumpul bareng di rumah Ortu hari ini : JODOH

“Ya udah sabar dulu…. Tiap orang kan memang ada kelebihan dan kekurangannya”

“Iya, tinggal kitanya yang harus pinter-pinter memilih, mana yang paling banyak kelebihannya dan paling sedikit kekurangannya.”

Saya yang awal cuma diam, jadi tersenyum dan ikutan berpendapat “Kalau saya, agak kurang setuju dengan hal itu, masalahnya bukan siapa yang paling banyak kelebihannya, dan paling sedikit kekurangannya. Tapi siapa yang kelebihannya paling memenuhi kebutuhan kita, dan kelemahannya dapat kita penuhi dengan kelebihan kita, ya kan?”

.

.

.

Dear Great People,

(Menurut Saya) Demikian pula halnya dengan proses recruitment. Beberapa kali saya meng-analogi kan pekerjaan kami sebagai Head Hunter itu, seperti Match Maker yang menjodohkan pasangan, antara kandidat dengan perusahaan.

Masalahnya bukan mana perusahaan yang paling banyak kelebihannya (gajinya paling besar, benefitnya paling ‘wah’, lokasinya paling dekat), dan paling sedikit kelemahannya (sudah ISO, minim Office Politik), tapi mana perusahaan yang paling ‘cocok’ dengan kebutuhan dan kualifikasi kandidat Saya.

Begitu juga sebaliknya, bukan kandidat yang paling banyak kelebihan (Pengalaman paling banyak, latar belakang pendidikan paling tinggi, selling skill paling jago) dan paling sedikit kelemahan (gak suka pindah-pindah kerja, gak minta gaji selangit) yang paling cocok dengan klien saya, belum tentu! Yang seringkali menjadi titik berat perhatian saya adalah kecocokan antara apa yang menjadi kebutuhan perusahaan dan apa yang dimiliki kandidat, dan sebaliknya apa yang menjadi kebutuhan kandidat dan kondisi perusahaan.

Tidak jarang terjadi, apa yang dipikir kelemahan perusahaan justru menjadi sesuatu yang dibutuhkan kandidat, seperti yang terungkap dalam sesi interview saya beberapa waktu lalu:

“Saya ngomong pahitnya dulu ya pak, klien saya ini adalah perusahaan yang sedang bertransformasi dari Family Business menjadi Professional Organization. As we know, seperti di perusahaan-perusahaan yang sedang bertransformasi lainnya, ada banyak hal yang harus dibereskan, dan itu butuh waktu, nanti kalau bapak jadi bergabung disana, kemungkinan salah satu tantangan terbesarnya adalah how to convince management terkait dengan pembaharuan-pembaharuan yang harus dilaksanakan.” Jelas Saya.

Kandidat saya tersenyum “Gak apa-apa Bu, saya senang kok”

Saya menatapnya seraya mengerenyitkan alis, dari binar matanya saya tahu ia tidak berdusta.

“Waktu saya join di perusahaan saya sekarang ini, 8 tahun yang lalu, kondisinya juga begitu, tapi sekarang sudah jauh lebih stabil, seperti yang tadi saya ceritakan ke ibu, sekarang kita sudah mulai pakai SAP, paradigma orang-orangnya juga sudah sangat berbeda dengan kala saya masuk. Ada sebagian juga yang diganti sih, tapi gak semua, masih cukup banyak orang lama, dan perubahannya bisa saya katakan masih cukup smooth” Jelasnya.

“Tapi kalau sekarang Bapa bergabung di perusahaan klien saya, berarti nanti bapak kembali ke kerjaan bapak 8 tahun yang lalu lho, bapak gak sayang?” Pancing Saya.

Ia tersenyum “Kan tadi ibu sendiri yang sempat bilang, setiap perusahaan pasti punya dinamika yang berbeda-beda, saya yakin, ini bisa jadi new challenge buat saya”

Saya ikut tersenyum, mengetik kata “RECOMMENDED” pada laporan hasil interview saya.

Bukan karena kandidat saya ini memenuhi semua kualifikasi yang tercantum pada Requisition Form Client, tapi karena saya yakin, ia adalah ‘jodoh yang tepat’ untuk kebutuhan klien saya ;)

Great Thanks and Cheers

Milka Santoso

Great to Great Consultant

www.greattogreat.com