Another Notes from My Interview Room

Thinking a world where everybody fulfills their full potential well being...

Saya menatap kandidat interview terakhir Saya itu sambil tersenyum. "Okay, dari Saya cukup, dari Bapak apakah ada pertanyaan?"

"Ada Bu. Lokasi pekerjaannya dimana ya?" Tanyanya.

"Di Kemayoran" Sahut Saya sambil menghabiskan jasmine tea di gelas Saya.

"Job Descriptionnya? KPI nya? Targetnya?"

Saya tersenyum, "Kalau yang itu, nanti tanya langsung di sesi interview sama usernya saja ya, biar lebih jelas."

"Honestly, you're one of my strongest candidates for this position. Kalau semuanya lancar, seharusnya minggu depan sudah ada jadwal untuk interview sama usernya." Ucap Saya.

Ia mengangguk-angguk, ikut menghabiskan minuman di gelasnya.

"Oke, kalau begitu Saya nanya ini aja." Ia melipat kedua tangannya di atas meja.

"Out of Topic sih Bu, tapi Saya ingin tahu. Kenapa Anda lakukan ini? Maksud Saya, kenapa Anda buka usaha sendiri?" Tanyanya.

Saya tersenyum. "Alasan utamanya karena visi, karena destiny..." Jawaban Saya begitu saja meluncur keluar.

"Saya punya believe bahwa Saya ditentukan untuk Connecting Great People, menyambungkan orang-orang strategis seperti Anda ini, untuk ketemu dengan perusahaan-perusahaan yang tepat. " Sambung Saya lagi.

Kandidat di depan Saya terlihat mengangguk-angguk.

"Bagi Saya fulfilling my destiny adalah hal yang sangat penting, that's why 'I move my cheese', bagi Saya bekerja itu bukan sekedar mencari uang, atau mencari sesuatu untuk kepentingan diri sendiri, bahkan alasan yang kesannya sudah high level seperti aktualisasi diri pun bagi Saya itu belum menjadi alasan yang sebenarnya, dan seharusnya. Bagi Saya, bekerja itu seharusnya untuk memenuhi apa yang menjadi bagian kita, tujuan kita diciptakan di dunia ini." Jelas Saya.

Anggukan kepala kandidat Saya terlihat semakin dalam dan semakin cepat.

"Wow, menarik sekali Bu Milka." Ucapnya.

"Tapi bagaimana cara kita menemukannya? Menemukan tujuan kita di dunia ini" Tanyanya.

Saya tersenyum lagi. "Yang paling tahu ya yang menciptakan." Sahut Saya.

"Kita tidak pernah meminta dilahirkan di dunia ini, bahkan orangtua kita pun belum tentu merencanakan kehadiran kita, that's the truth. Tapi kalau kita sampai ada di bumi ini, berarti memang ada yang menentukannya, dan Ia menentukannya untuk suatu alasan, alasan yang besar" Yakin Saya.

"Apakah itu berlaku untuk semua orang Bu?"

"Ya, Saya yakin, semua orang terlahir hebat, terlahir untuk tujuan yang besar, terlahir untuk alasan yang istimewa, yang tidak sama antara satu orang dengan orang lainnya." Yakin Saya lagi.

"Dan bayangkanlah..." Saya menatap kandidat di hadapan Saya dengan penuh semangat. "Bayangkan kalau semua orang dapat menemukan alasan istimewa tersebut, bayangkan bila semua orang dapat memenuhi panggilan hidupnya, bayangkan bila semua orang bisa mencapai potensi maksimal yang ditentukan bagi dirinya."

"Waaaah" Mata kandidat di depan Saya ikut berbinar-binar, tapi hanya sebentar, kembali terdengar pertanyaannya. "Tapi Bu, bagaimana kita tahu alasan istimewa tersebut?"

Saya tertawa. " Begini..." Saya membetulkan letak duduk Saya.

"Pernahkah Anda merasa begitu bersemangat akan sesuatu? Begitu suka mengerjakannya, punya energi lebih disitu, seakan gak pernah bosen dan gak pernah capek ngerjainnya?"

"Ada Bu" Jawabnya. "Saya suka digital marketing, gak tahu kenapa kayaknya seru banget buat Saya, selalu ada hal baru yang bisa saya ikutin, dan Saya gak pernah bosen ngikutinnya."

"Oke, kita simpen satu itu dulu ya."

"Trus pertanyaan berikutnya" Saya mengetuk-ngetuk meja dengan jemari Saya."Adakah suatu hal bidang tertentu yang Anda rasa, sangat cepat Anda kuasai? Sepertinya sangat mudah belajarnya, trus muncul banyak inspirasi di bidang itu, Anda bisa mengerjakan bagian itu lebih cepat dan lebih tepat dibandingkan orang-orang lain."

"Ada bu. Masih di seputar digital marketing juga sih, promosi-promosi, Saya banyak bikin analisa di situ dan kerasa gampang banget ngelakuinnya. " Sahutnya.

Saya tersenyum. "Biasanya, 'alasan istimewa' kita bercirikan dua hal itu, suatu hal yang sangat kita suka, suka dari dalam..." Saya meletakkan telapak tangan Saya di dada Saya. "Dan juga merupakan suatu hal yang kita berbakat untuk menguasainya."

Saya kemudian menambahkan lagi "Selanjutnya, kita dapat melihat dari 'buahnya', hasil apa yang kita hasilkan dari menekuni bidang yang kita sukai tersebut. Adakah itu menghasilkan sesuatu yang baik, yang bisa dinikmati orang lain? atau cuma bisa dinikmati oleh diri sendiri? Kalau cuma bisa dinikmati oleh diri sendiri, kemungkinan bukan itu. Karena tidak ada pohon yang makan buahnya sendiri, buah karya kita harus sesuatu yang dapat dinikmati oleh orang lain."

"Apakah Ibu merasakan hal itu dengan apa yang Ibu lakukan saat ini?" Tanyanya.

Saya mengangguk cepat "Ya"

Kandidat Saya menganguk-angguk lagi, lantas menyeruput lagi sedotan di gelasnya yang kosong. Sudah tidak ada air, tinggal es batu, sehingga suara gelas kosongnya dengan jelas terdengar.

Saya tertawa. "Mau nambah minum lagi?"

"Eh enggak usah Bu" Ia melarang dengan cepat. "Makasih Bu. Saya sebenarnya masih ada meeting lagi jam 7"

"Lho?" Saya melirik jam di sudut layar laptop Saya. "Meeting dimana? Sudah jam setengah 7 lho"

"Gak papa kok Bu. Agak telat dikit"Senyumnya.

Tak lama ia pamit "Saya duluan ya Bu. Bu Milka masih mau disini?"

Saya mengangguk. "Iya, ada sesuatu yang mau Saya tulis dulu"

Ia berhenti sebentar "Jangan-jangan tentang pertanyaan-pertanyaan Saya." Terkanya.

Saya tertawa. "Hahaha, Saya mau tulis hasil interview Saya hari ini, Saya udah janji untuk kirim kandidat ke klien Saya within this week."

"Ooooh... kirain Ibu mau bikin artikel lagi, tentang percakapan Ibu dengan kandidat-kandidat Ibu."

Saya tersenyum "Boleh... boleh... nanti Saya tulis tentang kamu juga."

"Tapi jangan sebut namanya ya Bu, gak enak kalau ketahuan Boss"

Saya mengacungkan jempol Saya. "Pasti"

Kandidat Saya itu akhirnya beranjak pergi, entah jam berapa ia akan sampai di tempat meetingnya. Saya membuka beberapa file hasil interview Saya, mengupdate dan melengkapinya, menambahkan beberapa catatan rekomendasi sebelum mengirimkannya ke klien.

Sementara mengerjakannya, mulut Saya bernyanyi kecil dengan riang, menggumamkan lagu-lagu tentang mimpi Saya. Saya memimpikan sebuah dunia dimana setiap orang di dalamnya mengetahui alasan istimewa mengapa ia hidup, mengapa ia ada, mengapa ia tercipta. Saya memimpikan sebuah dunia dimana setiap orang dapat mencapai destiny nya, Saya memimpikan sebuah dunia dimana setiap orang dapat mencapai kepenuhan hidup, mencapai potensi terhebat di dalam dirinya. Saya bermimpi dengan mata terbuka, sambil kemudian membagikan kisah ini kepada Anda. Apakah Anda juga pernah memimpikan hal yang sama?

Have a Great Day Great People

Be Blessed

Milka Santoso

www.greattogreat.com